Perusahaan Teknologi Didesak untuk Memerangi Pelecehan Online yang Meluas Terhadap Perempuan

13

Regulator komunikasi Inggris, Ofcom, meningkatkan tekanan pada perusahaan teknologi untuk mengatasi pelecehan “yang signifikan dan meluas” yang ditujukan terhadap perempuan secara online. Langkah ini menyusul meningkatnya kekhawatiran atas pelecehan yang dihadapi perempuan dalam kehidupan publik, termasuk atlet, politisi, dan tokoh masyarakat. Ini bukan hanya masalah insiden-insiden yang terisolasi; ini adalah masalah sistemik yang mengancam partisipasi dalam olahraga, politik, dan wacana publik yang lebih luas.

Skala Masalah

Persoalan ini tersebar luas. Ketua Sport England Chris Boardman baru-baru ini menyampaikan masalah ini kepada Ofcom menyusul pelecehan yang ditargetkan terhadap tim sepak bola wanita Inggris selama Euro 2025. Anggota parlemen perempuan termuda di Parlemen, Rosie Wrighting, secara terbuka menggambarkan menerima penghinaan berbasis gender seperti “Barbie” dan “gadis bodoh,” menggarisbawahi bagaimana pelecehan tersebut menghalangi perempuan untuk terjun ke dunia politik.

Ini bukan hanya tidak menyenangkan; itu adalah pencegah. Banyak perempuan menghindari peran publik justru karena permusuhan online yang mereka hadapi. Tren yang mendasarinya jelas: pelecehan yang tidak terkendali menciptakan lingkungan di mana perempuan secara sistematis tidak dianjurkan untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik.

Panduan Ofcom: Seruan untuk Bertindak

Panduan Ofcom mendesak media sosial, kencan, game, dan situs pornografi untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar atas keselamatan pengguna. Regulator berpendapat bahwa dunia digital “secara aktif merugikan” partisipasi perempuan, bukan hanya gagal melindungi mereka.

Langkah-langkah yang diusulkan meliputi:

  • Permintaan: Mendorong pengguna untuk mempertimbangkan kembali postingan berbahaya sebelum mengirimkannya.
  • Waktu habis: Menangguhkan sementara pengguna yang melakukan pelanggaran.
  • Pembatasan Nilai: Membatasi jumlah komentar atau postingan untuk mencegah “penumpukan”.
  • Pemblokiran Massal: Memungkinkan pengguna dengan cepat menonaktifkan beberapa akun yang melakukan pelanggaran.
  • Peningkatan Pelaporan: Menyederhanakan alat pelaporan penyalahgunaan.
  • Pencocokan Hash: Mengotomatiskan deteksi dan penghapusan gambar intim non-konsensual.

Sukarela vs. Wajib: Debat Kunci

Meskipun rekomendasi ini kuat, namun saat ini tidak dapat ditegakkan secara hukum. Kelompok advokasi seperti Internet Matters dan Refuge menyerukan kepada pemerintah untuk menjadikan pedoman Ofcom sebagai Kode Praktik yang sah. Argumennya jelas: tindakan sukarela saja tidak cukup. Tanpa dukungan hukum, perusahaan teknologi mungkin memprioritaskan keuntungan daripada keselamatan, sehingga menjadikan perempuan rentan.

Rachel Huggins, salah satu CEO Internet Matters, menyatakan bahwa mencapai tujuan pemerintah untuk mengurangi separuh kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan memerlukan kepatuhan wajib. Pengungsi juga menyuarakan sentimen ini, dengan menekankan bahwa perlindungan yang berarti bergantung pada perusahaan yang secara aktif menerapkan panduan ini, atau pemerintah yang menegakkannya.

Akuntabilitas dan Tindakan di Masa Depan

Ofcom berencana menerbitkan laporan kemajuan pada musim panas 2027, yang mengancam akan mengambil tindakan lebih keras jika perusahaan gagal melakukan perbaikan. Dame Melanie Dawes, CEO Ofcom, memperingatkan bahwa tidak ada perempuan yang perlu takut mengekspresikan dirinya secara online atau khawatir dilacak oleh pelaku kekerasan.

Menteri Olahraga Stephanie Peacock mengutuk pelecehan yang ditujukan terhadap olahragawan wanita, dan mendesak perusahaan teknologi untuk “meningkatkan dan memberantasnya.” Chris Boardman menyoroti “dampak offline yang buruk” dari toksisitas online, dan mencatat bahwa ketakutan akan penilaian telah menghalangi banyak perempuan untuk berolahraga. Kemajuan yang dicapai dengan susah payah dalam olahraga perempuan tidak boleh dirusak oleh kebencian terhadap perempuan.

Pesan intinya jelas: perusahaan teknologi harus memprioritaskan keselamatan perempuan, dan pemerintah harus meminta pertanggungjawaban mereka. Jika tindakan sukarela gagal, penegakan hukum adalah satu-satunya jalan menuju perubahan yang berarti.