Album Taylor Swift Mengungkapkan Kurangnya Kesadaran Diri

34

Album terbaru Taylor Swift, The Life of a Showgirl, menghadapi masalah yang signifikan: kurangnya kesadaran diri. Kritik ini, meskipun tidak sepenuhnya baru, terasa sangat mencolok mengingat kepribadian Swift di masa lalu dan evolusi musiknya. Selama bertahun-tahun, para kritikus menunjukkan pola Swift yang menggambarkan dirinya sebagai korban abadi—ditargetkan oleh kekasih yang manipulatif, teman yang tidak setia, saingan yang kejam, dan tokoh industri predator. Selain dianggap sebagai viktimisasi, Swift juga dituduh secara terbuka dan terkadang melakukan pembalasan kejam terhadap orang-orang yang menentangnya, sering kali melalui lirik yang terselubung.

Meskipun pengamatan ini masih diperdebatkan, Swift sebelumnya telah menunjukkan keseimbangan antara penyampaian cerita yang penuh dendam dan kerentanan yang tulus. Lagu-lagu seperti “Anti-Hero” dan “The Manuscript” menampilkan pertumbuhan dan introspeksi, meredam dorongan untuk membalas dendam. Namun, Gadis Pertunjukan menyimpang secara signifikan dari lintasan ini, mengungkapkan kesediaan yang meresahkan untuk mewujudkan perilaku yang sering dia kutuk.

Album ini menampilkan lagu-lagu yang menolak budaya internet yang beracun (“Eldest Daughter”), tetapi juga lagu (“Actually Romantic” dan “CANCELLED!”) yang secara aktif melanggengkan elemen terburuknya: ejekan, penghinaan, dan komentar yang tuli nada pada momen-momen politik yang sensitif. Ketidakkonsistenan ini membuat para pengkritik Swift memiliki bukti baru untuk mendukung penilaian lama mereka, dan memberikan bayangan pada citra bintang pop tersebut—terutama terkait dengan kepribadiannya yang baik hati di depan publik.

Kontradiksi: Mengutuk Internet Saat Berpartisipasi dalam Toksisitasnya

Inti masalahnya terletak pada pesan album yang tidak konsisten. Film baru Swift, The Official Release Party of a Showgirl, memuat adegan di mana dia menjelaskan konsep di balik “Eldest Daughter”—sebuah balada piano tentang kecenderungan internet yang menghargai tindakan tidak berperasaan dan pengambilan gambar murahan.

Dia mengartikulasikan efek korosif dari lanskap digital: “Semua orang begitu punk di internet / Semua orang tidak diganggu sampai mereka tidak diganggu / Setiap lelucon hanyalah trolling dan meme / Meski terlihat menyedihkan, sikap apatis itu panas.” Bagian refrain dari lagu tersebut mengungkapkan janji kepada tunangannya, Travis Kelce, bahwa dia tidak akan pernah memperlakukannya dengan kecerobohan serupa. Meskipun lirik “bad bitch” mungkin disesalkan, sentimen keseluruhan lagu tersebut dengan latar belakang kekejaman internet yang dia gambarkan adalah pertanda baik.

Namun, niat baik yang dipupuk oleh “Putri Sulung” dengan cepat dirusak oleh “Sebenarnya Romantis”—sebuah lagu yang penuh dengan kepahitan dan dirancang untuk mempermalukan sasarannya, yang diyakini adalah penyanyi Charli XCX. Lagu Charli XCX “Sympathy is a Knife” dari albumnya tahun 2024 Brat —yang juga menampilkan lagu berjudul “Everything is Romantic”—dikabarkan tentang ketidakamanan Swift.

Sementara “Sympathy is a Knife” bergulat dengan “spiral” emosi yang mengelilingi subjek lagu, dan secara mengejutkan berisi lirik tentang menyakiti diri sendiri, “Actually Romantic” secara sistematis dan dingin mempermalukan targetnya. Kata-kata Swift tajam dan kejam, menggunakan bahasa yang mengingatkan kita pada pertengkaran online, bukan ekspresi yang bijaksana.

Putusnya Hubungan yang Mengganggu dan Kemungkinan Motivasi

Mungkin Swift mencoba untuk membenarkan perilaku ini dengan kalimat “Barbie yang Membosankan”, sebuah pernyataan pribadi yang dibuat Charli XCX tentangnya. Namun, penjelasan ini masih kurang. Jika Swift benar-benar bercita-cita untuk mencapai dunia yang dia impikan dalam “Putri Sulung”—yang ditandai dengan empati dan kasih sayang—menanggapi dengan serangan keji tampaknya kontraproduktif. Bagaimana jika, alih-alih memberikan balasan, dia mengeksplorasi kerentanan atau menawarkan perspektif yang lebih berbeda?

Penggunaan “budaya pembatalan” dalam album ini semakin memperparah permasalahan ini. “DIBATALKAN!” upaya untuk menggambarkan akuntabilitas publik sebagai bentuk penganiayaan pribadi. Inspirasi yang disarankan dari lagu tersebut—gugatan Blake Lively terhadap aktor Justin Baldoni atau dukungan publik Brittany Mahomes terhadap Donald Trump—melewatkan poin penting: akuntabilitas, jika dapat dibenarkan, tidak selalu berarti buruk. Hal ini mengabaikan potensi tindakan-tindakan tersebut menyebabkan kerugian dan melemahkan hak asasi manusia.

Kesimpulan

Pada akhirnya, The Life of a Showgirl menyajikan pesan yang bertentangan. Taylor Swift berhak mengkritik toksisitas internet, tetapi di album ini, kecaman tersebut tampak selektif—hanya berguna jika sejalan dengan kepentingan dan dendamnya sendiri. Album ini meninggalkan pertanyaan yang masih tersisa: bisakah sosok yang secara terbuka memperjuangkan kebaikan benar-benar mewujudkannya ketika dihadapkan dengan anggapan yang diremehkan?