Robot ‘Besi’ Xpeng: Debut Viral yang Menyoroti Ketertarikan Kami pada Humanoids

11

Pada acara AI Day baru-baru ini di Guangzhou, produsen kendaraan listrik Tiongkok Xpeng meluncurkan Iron, robot humanoid yang langsung menarik perhatian internet. Video Iron berjalan melintasi panggung, menunjukkan gerakan yang digambarkan sebagai tindakan yang mencolok dan canggung, dengan cepat menjadi viral di platform media sosial baik di AS maupun Tiongkok. Untuk menghilangkan skeptisisme mengenai robot yang bukan merupakan manusia yang menyamar dengan cerdik, Xpeng mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya selama presentasi: mereka membelah Iron secara langsung di atas panggung untuk mengungkap cara kerja bagian dalamnya.

Efek lembah yang luar biasa, sebuah fenomena di mana sosok yang mendekati manusia menimbulkan perasaan tidak nyaman, berperan besar dalam membentuk reaksi publik terhadap Iron. Desainnya yang berwarna putih mencolok, lengkap dengan lekuk dada yang menonjol – sebuah fitur yang tidak biasa terlihat pada robot humanoid – semakin memperkuat kesan adanya dunia lain. Para komentator membandingkan karya-karya fiksi ilmiah populer seperti “Under the Skin,” “Ex Machina,” dan bahkan “Terminator 2,” menyoroti bagaimana narasi-narasi ini terus mempengaruhi penciptaan dan persepsi robot.

Debut Iron bukanlah sebuah insiden yang terisolasi. Dalam beberapa tahun terakhir, serangkaian robot humanoid telah menarik perhatian viral karena kemajuannya (atau dianggap kekurangannya). Optimus dari Tesla, Atlas dari Boston Dynamics, dan bot pembantu rumah tangga NEO yang baru terungkap dari X1 hanyalah beberapa contoh yang menunjukkan ketertarikan publik terhadap mesin antropomorfik.

Meskipun telah dikembangkan selama beberapa dekade, robot humanoid masih kesulitan melakukan tugas-tugas mendasar seperti berjalan dengan anggun atau memanipulasi objek dengan ketangkasan – sesuatu yang disoroti oleh Popular Science pada tahun 2014, dan sayangnya masih menjadi kenyataan hingga saat ini. Kesenjangan yang terus-menerus antara janji dan kenyataan hanya memperparah sifat meresahkan dari ciptaan-ciptaan ini, menarik kita ke dalam tarian kompleks antara ketertarikan dan ketakutan.

Bagi perusahaan seperti Xpeng, memanfaatkan intrik yang melekat ini adalah strategi pemasaran yang cerdas. Menjadi berita utama dengan robot humanoid adalah cara yang pasti untuk menarik minat publik dalam lanskap teknologi yang semakin padat.

Pada akhirnya, pengaruh Iron melampaui ketenaran viral belaka. Hal ini menjadi pengingat bahwa upaya untuk membuat mesin yang menyerupai diri kita sangat terkait dengan kecemasan dan keinginan manusia. Mengapa kita menganggap manusia buatan ini begitu menawan, bahkan meresahkan? Mungkin jawabannya terletak jauh di dalam alam bawah sadar kolektif kita – sebuah cerminan dari apa artinya menjadi manusia di zaman yang semakin ditentukan oleh teknologi.